Koma.id – Eksistensi toko atau kios Madura belakangan ini menjadi perbincangan. Dalam beberapa tahun terakhir, kehadiran toko Madura menyerbu kawasan Jabodetabek. Keberadaan mereka hampir di setiap jalan raya. Kini toko Madura juga hadir di sejumlah hotel yang ditempati jamaah haji Indonesia di Makkah.
Hadirnya toko atau kios Madura di hotel para jamaah haji di Makkah itu, adalah salah satu bentuk investasi langsung Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH). Investasi langsung pada ekosistem perhajian itu, dilakukan BPKH melalui anak usahanya yang BPKH Limited. Mengawali musim haji 2024 ini, BPKH Limited bekerjasama dengan pemilik hotel, untuk menghadirkan UMKM dari Indonesia. Termasuk diantaranya adalah Toko Madura
Diantara gerai UMKM dari Indonesia yang membuka toko di lobi atau restoran hotel jamaah haji, terlihat di Hotel Kiswah di Makkah. Dari foto yang dikirim BPKH Limited, toko Madura yang buka di sana bernama Kios Madura Bunda Risma. Sama seperti di Jakarta dan sekitarnya, toko Bunda Risma itu menjual kebutuhan sehari-hari jamaah haji, termasuk makanan.
Direktur BPKH Limited Sidiq Haryono mengatakan mereka mulai menjajaki investasi langsung di sektor akomodasi jamaah haji. Pada tahun pertama ini, mereka baru bisa mengelola space di restoran atau sekitar lobi hotel untuk UMKM Indonesia. Saat ini BPKH Limited memberikan kemudahan bagi UMKM Indonesia untuk menyewa area restoran di 120 unit hotel yang dihuni jamaah haji di Makkah.
“Total alhamdulillah tahun ini kita sudah menyewakan lebih dari 120 lokasi yang kita sewakan ke beberapa UMKM dan rata-rata memang UMKM diaspora Indonesia,” ujar Sidiq dalam keterangannya Senin (10/6). Seperti diketahui WNI atau diaspora Indonesia di Arab Saudi, khususnya di Kota Makkah sangat banyak. Mereka bisa menyewa lahan di dalam hotel melaluu BPKH Limited untuk berdagang kebutuhan jamaah.
Menurut Sidiq, jumlah hotel yang disewakan ke UMKM ini naik signifikan dibandingkan tahun lalu. Dia mengatakan tahun lalu, yang bisa disewakan hanya 18 unit hotel saja. Dia menuturkan BPKH Limited sebelumnya melakukan pemetaan dulu sejumlah hotel di Makkah.
Menurutnya upaya investasi tersebut merupakan langkah efisiensi. Caranya dengan mengoptimalkan sejumlah area dalam hotel yang bisa dikomersialkan. “Kalau di lobi itu bisa digunakan untuk toko-toko, toko souvenir, toko kebutuhan harian,” katanya.
Sementara itu untuk area restoran disewakan kepada para pengusaha UMKM yang kebanyakan mereka adalah diaspora dari Indonesia. Mereka berjualan produk-produk seperti makanan khas Indonesia. “Ada soto seger Boyolali, bakso Mang Udin, dan lainnya,” beber Sidiq.
Sidiq menegaskan apa yang dilakukan BPKH Limited itu, dalam rangka efisiensi dari komponen biaya akomodasi pelaksanaan haji tahun ini. “Selain itu, kita ingin menghadirkan makanan khas Nusantara yang itu mungkin bisa mengobati para jemaah haji kita yang merindukan taste makanan yang khas Nusantara,” tandasnya.
Seperti diketahui tahun ini BPKH Limited terus melebarkan sayap investasi langsungnya di Saudi. Sebelumnya mereka mengirim 76 ton bumbu dari Indonesia untuk kebutuhan katering jamaah haji. Kemudian tahun depan mereka akan mengelola sejumlah hotel untuk ditinggali jamaah Indonesia. Manfaat atau hasil investasi langsung tersebut, juga bisa untuk menambah subsidi dana haji.
Seperti diketahui BPKH diberi tugas mengelola dana haji. Dana ini terkumpul dari setoran awal pendaftaran haji, yaitu Rp 25 juta per orang. Saat ini dana haji di BPKH sudah mencapai Rp 160 triliun lebih. Oleh BPKH, dana tersebut diinvestasikan ke berbagai instrumen investasi. BPKH juga mulai berinvestasi langsung, sehingga bisa mendapatkan hasil pengelolaan dana haji yang optimal.
Hasil pengelolaan dana haji itu, dikembalikan kepada jamaah lewat subsidi bisaya haji. Jadi jamaah tidak harus membayar biaya haji sesuai dengan ongkos riilnya. Seperti diketahui tahun ini ongkos riil haji adalah Rp 93 jutaan/jamaah. Dari jumlah tersebut, jamaah hanya dibebani Rp 56 jutaan saja. Sisanya disubsidi dari hasil pengelolaan dana haji.