KOMA.ID – Ketua Satuan Tugas Covid-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Prof Zubairi Djoerban kembali prihatin dengan melonjaknya angka kasus Covid-19.
Hal ini terjadi pasca pemerintah memutuskan untuk melakukan pelonggaran protokol kesehatan, mulai dari pembatasan kegiatan masyarakat sampai penggunaan masker.
“Saya tahu beberapa orang jengah dengan Covid-19. Tapi saya harus ingatkan kembali. Apalagi ada tambahan 930 kasus baru, 10 kematian, serta positivity rate Indonesia 4,8% dan Jakarta 5%,” kata prof Zubairi, Rabu (15/6).
Untuk itu, ia pun mendorong semua komponen masyarakat Indonesia agar kembali peduli dengan kesehatan, jangan sampai lonjakan kasus akibat virus corona kembali menggeliat naik.

Salah satu langkahnya adalah memperketat kembali penerapan protokol kesehatan (Prokes). Bahkan ia juga memahami jika masyarakat sudah sangat jenuh dengan pandemi ini, akan tetapi tidak ada banyak pilihan untuk menekan laju kasus hingga zero case.
“Rasanya prokes harus digalakkan lagi—agar kita dapat menekan risiko penularan sebelum telat,” tuturnya.
Perlu diketahui, bahwa kasus Covid-19 di Indonesia kembali menunjukkan tren kenaikan.
Per hari Selasa 14 Juni 2022, angka positivity rate di Indonesia mencapai angka 5.298 kasus dari tambahan kasus harian 930 orang. Dari seluruh jumlah kasus tersebut, DKI Jakarta menyumbang angka terbanyak yakni 517 kasus, disusul Jawa Barat 162 kasus dan Banten 109 kasus.
Sementara itu, untuk kasus sembuh sebanyak 548 orang, dan angka kematian harian bertambah 10 orang.
Menurut koordinator Tim Pakar dan Juru Bicara Pemerintah Untuk Penanganan Covid-19, Wiku Adisasmito, lonjakan kasus ini disebabkan oleh mobilitas masyarakat yang mulai tinggi dan longgarnya protokol kesehatan.
Dia menyampaikan jika mobilitas penduduk mengalami kenaikan dibandingkan dengan tahun 2021 lalu.
“Sampai saat ini belum disimpulkan penyebab pasti terjadinya tren kenaikan kasus positif dan kasus aktif,” kata Prof Wiku dalam konferensi pers, Selasa (14/6).
Kemudian, Prof Wiku juga menyebut bahwa beberapa potensi penyebab dapat diidentifikasi seperti mobilitas penduduk yang mengalami kenaikan jika dibandingkan sepanjang tahun 2021, seiring kasus Covid-19 yang melandai dapat berpotensi meningkatkan interaksi dari satu tempat ke tempat lainnya.
Dia menambahkan selain aktivitas masyarakat yang mulai normal, potensi kenaikan kasus juga karena adanya kegiatan berskala besar. Ini diikuti dengan potensi peningkatan penularan virus di masyarakat.
Selain itu dia juga menyinggung soal protokol kesehatan masyarakat yang mulai longgar. Salah satunya penggunaan masker yang tidak disiplin seperti saat kasus meningkat di dalam negeri.
“Kedisiplinan prokes yang mulai terlihat longgar di masyarakat terlihat dengan kenaikan kasus. Dapat kita lihat beberapa tempat umum dan lingkungan pemukiman penggunaan masker sudah mulai longgar dan tidak sedisplin saat kasus mengalami peningkatan,” tuturnya.
Tinggalkan Balasan