Gulir ke bawah!
BeritaEkonomiHeadlineTeknologi

Aplikasi Temu Dianggap Ancaman Serius Bagi UMKM

11659
×

Aplikasi Temu Dianggap Ancaman Serius Bagi UMKM

Sebarkan artikel ini
Kita tetap larang (Temu beroperasi di Indonesia), hancur UMKM kita kalau dibiarin kata Budi Arie.(Dok.Humas Kominfo)

Koma.id – Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Budi Arie Setiadi menegaskan tidak ada ruang bagi aplikasi Temu di Indonesia. Platform e-commerce itu dianggap sebagai ancaman serius yang dapat ‘membunuh’ usaha kecil, mikro, dan menengah (UMKM).

“Kita tetap larang [Temu beroperasi di Indonesia]. Hancur UMKM kita kalau dibiarin,” kata Budi Arie di Kantor Kominfo, Jakarta, Selasa (1/10).

Silakan gulirkan ke bawah

Budi menegaskan Temu tak akan bisa masuk ke pasar Indonesia lantaran mengancam ekosistem UMKM Indonesia. Pasalnya, platform belanja online ini menghubungkan langsung konsumen dengan produsen.

Artinya, tidak ada lagi reseller, affiliator, dan pihak ketiga dalam rantai pasok tersebut sehingga lebih berbahaya bagi UMKM. Selain itu, harga yang ditawarkan aplikasi ini juga terlewat murah.

“Temu enggak bisa, karena merusak ekosistem, terutama UMKM Indonesia,” jelas Budi.

“Kita enggak akan kasih kesempatan. Masyarakat rugi, kan kita mau jadi ruang digital itu untuk membuat masyarakat produktif dan lebih untung kalau membuat masyarakat rugi buat apa,” lanjutnya.

Sebelumnya, Kementerian Koperasi dan UKM (Kemenkop UKM) mengatakan aplikasi Temu asal China telah mencoba mendaftar untuk beroperasi di Indonesia sebanyak tiga kali.

Temu mendaftar melalui Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual (DJKI) Kementerian Hukum dan HAM (Kemenkumham). Namun, pendaftaran Temu tidak disetujui karena sudah ada merek bisnis yang menggunakan nama tersebut.

“Temu sudah mendaftar ke Kemenkumham untuk hak mereknya per September 2022. Jadi sejak 7 September, telah tiga kali ya berupaya mendaftarkan merek. Tapi memang kebetulan di Indonesia sudah ada yang punya,” kata Staf Khusus Menteri Bidang Pemberdayaan Ekonomi Kreatif Fiki Satari dalam diskusi media, awal Agustus lalu.

Fiki mengatakan Temu masih berusaha masuk ke Indonesia dengan mengajukan banding ke Kemenkumham. Meski demikian, Fiki mengatakan bahwa model bisnis yang menghubungkan pabrik dengan konsumen secara langsung itu tidak sesuai dengan kebijakan perdagangan Indonesia.

Dalam kesempatan sama, Direktur Utama Smesco Indonesia Wientor Rah Mada mengatakan jika Temu masuk ke Indonesia maka UMKM dalam negeri bisa terancam. Pasalnya Temu menawarkan produk dengan harga yang sangat murah.

Bahkan di negara-negara lain seperti Thailand dan Amerika Serikat (AS), sambungnya, Temu memberikan diskon hingga 90 persen.

“Kami mengindikasikan di beberapa kondisi mereka memberikan harga 0 persen. Di AS mereka sempat memberikan harga 0 persen. Jadi buyer hanya membayar ongkos kirim,” kata Wientor.

“Temu ini aplikasi jahat dari China, yang kalau dibiarkan masuk UMKM kita pasti mati,” katanya.

Temu merupakan aplikasi yang didukung perusahaan asal China PDD Holdings dengan kantor pusat yang berada di Boston, Amerika Serikat (AS).

Sama seperti platform e-commerce lainnya, aplikasi ini memungkinkan pelanggan untuk menelusuri dan membeli produk dari berbagai kategori, termasuk elektronik, peralatan rumah tangga, pakaian, dan aksesori. Namun begitu, Temu terhubung langsung pada 80 pabrik di China.

Aplikasi ini tersedia secara gratis untuk diunduh dan digunakan pada perangkat Android dan iOS.

 

Jangan lupa temukan juga kami di Google News.