Koma.id – Polemik politik berbasis identitas yang digunakan oleh kelompok tertentu untuk menyerang lawan politiknya pada Pilpres 2019 lalu diyakini tidak akan “laku” di Pilpres 2024 nanti.

Hal itu disampaikan Ketua Dewan pers, Azyumardi Azra dalam Seminar Kebangsaan DPP Partai Nasdem bertajuk “Masa Depan Bangsa di Tengah Maraknya Politik Identitas” di Ballroom Hotel Sultan, Jakarta, Kamis (16/6).

“Jadi tidak usah dikhawatirkan, politik identitas gak laku,” tegas Azyumardi.

Azyumardi menilai, ada beberapa faktor yang mendasari politik identitas di Indonesia tidak akan terjadi. Antara lain faktor adanya pembelahan sosiologis maupun kultural di Indonesia, yang berbeda dengan Eropa dan Amerika.

Selain itu, dari faktor ekonomi. Di Eropa dan Amerika mengalami kemerosotan kemudian imigran yang disalahkan. Ini jauh berbeda dengan di Indonesia yang tidak ada sentimen itu.

Dari faktor agama, Guru Besar UIN Syarief Hidayatullah Jakarta ini menganggap mayoritas orang Indonesia itu religius modernnya kuat. Selain itu, moderasi keagamaanya pun juga kuat, itu bisa dilihat dari berbagai agama yang ada di Indonesia.

“Di kalangan muslim kaya gitu, di kalangan kristen kaya gitu, Hindu begitu Buddha begitu, tidak ada kelompok kegamaan yang begitu esktrim, kecuali setelah terjadinya transnasional yang meningkat terutama tahun 2000-an,” jelasnya

Lebih lanjut, Azyumardi Azra menilai bahwa yang perlu diperkuat saat ini yaitu politik moderasi oleh semua elemen masyarakat termasuk partai politik. Nasdem, dengan spirit restorasi untuk Indonesia yang lebih baik, bisa mengambil peran itu dalam rangka mewujudkan politik kebangsaan.

“Saya rasa banyak hal yang perlu dipulihkan kembali, termasuk yang perlu direstorasi itu demokrasinya. Kalau mau Nasdem sebagai partai restorasi maka yang ini perlu direstorasi, dipulihkan kembali,” ucapnya.

Terlebih, dua ormas bersejarah yang berkarakter religius mainstream dalam hal ini Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama (NU) tidak akan tinggal diam jika masih ada politik identitas pada Pemilu 2024 nanti. Selain itu, Azyumardi Azra juga menegaskan bahwa Dewan Pers tidak akan tinggal diam melihat gelagat politik identitas.

“Pastilah NU dan Muhammadiyah gak mendukung (politik identitas) sebagai religius mainstream,” katanya.

Azyumardi juga menyoroti media sosial yang menyebarkan hal-hal yang memicu politik identitas.

“Yang macem-macem itu tidak terlalu banyak pengaruhnya. Memang itu mengacaukan. Pengalaman saya di Dewan Pers, kita mencoba berusaha menertibkan mereka, kita berikan kepada mereka jurnalistik yang bener, kode etik kita berikan, kita rangkul media sosial baik yang web basic jurnalis,” pungkasnya.

Temukan juga kami di Google News.