KOMA.ID – Pengamat Politik, Arif Nurul Iman menyoroti wacana Anies Rasyid Baswedan yang memiliki keinginan besar untuk maju dalam bursa Pilpres 2024 mendatang.

Ia menilai, ada dua faktor penting bahwa nafsu politik Anies Baswedan tersebut terancam kandas. Salah satunya adalah habisnya masa jabatan dia sebagai Gubernur DKI Jakarta bakal berakhir bulan Oktober 2022 mendatang. Sementara pemilu baru dibuka kembali pada 14 Februari 2024.

Absent-nya Anies sebagai pejabat publik bakal menggerus dukungan politik beberapa kelompok dan ormas terhadap dirinya.

“Anies masuk 3 tokoh dengan elektabilitas tinggi, tapi elektabilitas dia rentan tergerus. Yakni saat Anies tidak jadi gubernur, dia bisa kehilangan basis pendukungnya,” kata Arif dalam program Ruang Tamu Holopis Channel dikutip KOMA.ID, Senin (6/6).

Padahal menurut Arif, jabatan publik sebagai Gubernur DKI sebenarnya menjadi satu-satunya panggung politik Anies untuk maju dalam pilpres 2024. Hanya saja ketika masa jabatannya berakhir, maka dirinya tak lagi mendapat panggung politik untuk mendongkrak elektabilitasnya itu.

“Pasca kepemimpinan gubernur DKI, maka dia tidak punya jabatan publik yang dijadikan panggung politik. Pendukung Anies bukan militan,” katanya.

Selain tak lagi menjabat Gubernur DKI Jakarta, Arif menilai posisi Anies yang tak punya kendaraan politik bakal menghambatnya dalam mempertahankan elektabilitas. Inilah alasan kedua mengapa Arif menyebut tiket Anies maju Pilpres terancam hangus.

“Anies tidak punya parpol atau bukan kader parpol. Maka kader bisa ragu. Walau banyak parpol maju (dekati Anies), tapi belum tentu mereka akan dukung Anies di Pilpres,” tandasnya.

Terlebih lagi, menurut hemat Arif, Anies adalah sosok yang inkonsisten. Karena Anies bisa dianggap mengingkari janji politiknya yang akan mendukung Prabowo Subianto ketika ia ngotot maju dalam Pilpres 2024 mendatang.

“Anies inkonsisten. Karena saat dia maju Pilkada 2017, dia janji mendukung Prabowo, tapi 2024 malah mau melawan Prabowo. Ini bahaya bagi Anies karena ketidak-konsistennya dia,” ucapnya.

Dari sikap inkonsisten tersebut jelas partai politik menangkap sinyal itu dan menjadikannya sebagai bahan waspada jika memang berniat mengusung Anies nantinya. Karena bagi Arif, parpol bukan kelompok orang bodoh yang tak membaca gejala dan eskalasi dalam konstelasi politik yang ada.

Temukan juga kami di Google News.