Koma.id – Konflik geopolitik yang memanas antara Iran-Israel telah menimbulkan dampak yang signifikan, tidak hanya di tingkat regional, tetapi juga secara global. Bank Indonesia (BI) menegaskan bahwa di tengah ketegangan ini, nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar AS akan tetap terjaga.
Gubernur BI Perry Warjiyo, menegaskan bahwa Indonesia, sebagai salah satu negara emerging market (EMEs), telah memperlihatkan ketahanan yang kuat dalam menghadapi berbagai dampak global. Hal ini terutama mengingat ketidakpastian penurunan Fed Fund Rate (FFR) serta meningkatnya ketegangan di Timur Tengah.
Dukungan ini didasari oleh kebijakan moneter dan fiskal yang hati-hati dan terkoordinasi erat. Langkah-langkah ini diarahkan untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah, dengan memperhatikan berbagai risiko yang mungkin timbul.
Namun, sementara BI berusaha menjaga stabilitas, pasar minyak dunia tidak bisa menahan gejolak yang disebabkan oleh konflik ini. Pasca-serangan rudal Israel terhadap Iran, harga minyak dunia langsung melonjak tajam. Mengutip Reuters, harga minyak berjangka Brent melesat hingga 3 persen menjadi 89,74 dolar AS (sekitar Rp1.460.684) per barel.
Tidak ketinggalan, minyak mentah West Texas Intermediate AS (WTI) juga mengalami kenaikan sebesar 3,1 persen, mencapai 84,66 dolar AS (sekitar Rp1.377.761) per barel. Lonjakan harga ini diperkirakan akan berdampak pada distribusi minyak mentah dan Bahan Bakar Minyak (BBM) di dalam negeri, mengingat mayoritas pasokan Indonesia berasal dari impor minyak.
Dengan perubahan dramatis di pasar minyak dunia dan ketegangan di Timur Tengah yang memuncak, langkah-langkah strategis dari pihak berwenang di Indonesia menjadi semakin penting untuk menjaga stabilitas ekonomi negara.