Koma.id – Konser Pesta Rakyat Dewa 19 di Jakarta International Stadium (JIS) menuai banyak sorotan dari berbagai pihak, tidak terkecuali bagi pengamat sosial Ade Armando.
“Lebih dari 70.000 penonton hadir termasuk di dalamnya Anies sendiri tapi kualitas fasilitas publik di JIS ternyata sangat rendah,” kata Ade.
Ade menilai ada banyak persoalan terkait kesemrawutan JIS yang bagi pendukung Anies dianggap sebagai mahakarya Anies untuk Indonesia.
“Jumlah penonton yang bisa ditampung JIS mencapai 80.000 orang tapi area parkirnya hanya bisa menampung sekitar 1000 kendaraan roda empat,” tambahnya.
Jalur keluar stadion pun menurutnya tak cukup besar untuk mengalirkan kendaraan dan puluhan ribu manusia.
“Celakanya JIS tak kunjung berbenah maka apa yang terjadi dalam konser Dewa itu memang sebenarnya sudah bisa diduga gara-gara keterbatasan area parkir resmi mobil dan motor penonton bertumpuk di daerah parkir liar,” tegas Dosen UI tersebut.
“Ini bukan saja menyebabkan keruwetan luar biasa bagi para pengemudi yang ingin keluar baik dari parkir resmi maupun parkir liar tapi juga mengganggu dan menghambat arus penonton yang hendak keluar dari stadion. Seusai pertunjukan terjadi kemacetan antrian kendaraan yang mengular selama berjam-jam. Shuttle bus yang disesaki penonton pun terjebak macet penonton yang memilih berjalan kaki pun tak kurang menderita karena harus berjalan berkilometer untuk mencapai transportasi umum di luar Stadion,” tegasnya.
“Penderitaan mereka bertambah karena akses trotoar yang tidak layak karena belum jadi setelah keluar stadion,” tandas dia.
Ade menilai, setelah kasus konser Dewa ini para pendukung Anies harus berhenti berkhayal bahwa JIS adalah lambang kesuksesan Anies.
“Untuk sementara Anies harus cukup puas JIS digunakan untuk salat Idul Fitri dan Idul Adha. Karya Anies kali ini pun dibuat tanpa perencanaan dan konsultasi memadai. Walau dari luar terlihat megah, ternyata dianggap tak memenuhi kualifikasi minimal sebuah Stadion olahraga dan konser yang bisa dihadiri puluhan ribu penonton.” tukas dia.
Ade menyebut jika untuk sebuah konser musik saja JIS tidak memadai apalagi untuk pertandingan sepak bola.
“Para penonton konser Dewa adalah orang-orang yang pulang dengan sebenarnya perasaan gembira usai menyaksikan pertunjukan musik bintang pujaan mereka, hati mereka lapang. Ini berbeda dengan suporter sepak bola dalam sebuah pertandingan lazim ada yang menang dan ada yang kalah lazim ada yang puas dan tidak puas dan diantara yang tidak puas itu ada pula yang beringas.” bebernya.
Ia menilai, bakal ada risiko saling serang antar suporter, apalagi kondisi JIS di saat ini, salah satu kelemahan lain adalah soal pintu masuk dan keluar Stadion bagi penonton saat ini hanya ada dua pintu masuk dan keluar sehingga memungkinkan terjadinya penumpukan penonton.
“Pembangunan JIS memang terkesan dilakukan dengan agak sembarangan PSSI menyatakan JIS baru layak digunakan sebagai stadion pertandingan pada 3-5 tahun kedepan karena perbaikan yang dilakukan harus cukup mendasar,” tutupnya.