Koma.id- Nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat (AS) terus menunjukkan tren melemah. Berdasarkan data terkini dari Bank Indonesia pada hari Jumat, nilai tukar Rupiah jatuh ke angka Rp16.374 per Dolar AS, level yang menjadi perhatian serius bagi perekonomian nasional.
Kondisi ini memicu kekhawatiran luas terkait dampak negatif yang bisa dirasakan oleh berbagai sektor di Indonesia. Pelemahan Rupiah diprediksi tidak hanya akan memperberat Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tetapi juga menimbulkan guncangan bagi dunia usaha. Menurut para ahli, jika tren ini berlanjut, Indonesia berpotensi menghadapi serangkaian tantangan berat.
Pengamat Ekonomi Senior dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Tauhid Ahmad, mengungkapkan bahwa pelemahan nilai tukar Rupiah akan berdampak signifikan, terutama bagi para pelaku usaha.
Efek domino dari peningkatan biaya tersebut bisa memaksa perusahaan untuk mengambil langkah-langkah sulit, termasuk opsi Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) bagi karyawannya. Skenario ini sangat mungkin terjadi jika perusahaan tidak mampu menyesuaikan diri dengan cepat terhadap tekanan keuangan yang semakin besar.
Selain dampak langsung terhadap dunia usaha, pelemahan rupiah juga berisiko memperburuk neraca perdagangan Indonesia. Dengan nilai tukar yang lemah, biaya impor barang-barang akan melonjak, sementara ekspor mungkin tidak cukup untuk menutupi defisit yang semakin lebar.
Para ekonom juga memperingatkan bahwa pelemahan Rupiah dapat mempengaruhi stabilitas ekonomi makro Indonesia.
Di sisi lain, pemerintah dan Bank Indonesia diharapkan segera mengambil langkah-langkah strategis untuk menstabilkan nilai tukar Rupiah. Kebijakan moneter yang lebih ketat dan intervensi di pasar valuta asing mungkin diperlukan untuk mengatasi gejolak ini.