Gulir ke bawah!
Politik

Program Makan Gratis Prabowo Gibran Original dan Strategis

5189
×

Program Makan Gratis Prabowo Gibran Original dan Strategis

Sebarkan artikel ini
Prabowo Gibran
Capres Cawapres nomor urut 02, Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka.

KOMA.ID – Wakil Ketua Umum DPP Partai Gelombang Rakyat Indonesia (Gelora), Fahri Hamzah mengatakan bahwa program makan gratis yang digagas oleh Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka bersama dengan Tim Kampanye Nasional (TKN) adalah program yang sangat strategis dan original.

“Gagasan Prabowo tentang makan gratis bukan saja orisinil dan baru bagi Indonesia, tapi ini adalah gagasan yang strategis,” kata Fahri dalam keterangannya yang dikutip, Senin (5/2).

Silakan gulirkan ke bawah

Karena ini adalah program yang sangat strategis dan baru, maka wajar jika kedua rival Prabowo tak ada yang berani membantah dan menganulir gagasan tersebut.

“Makanya dalam debat, sulit dibantah. Tak ada statement yang tegas dari kedua lawan debat untuk mengatakan tidak setuju,” imbuhnya.

Kemudian, Fahri yang juga mantan Koordinator Kesra DPR RI 2014-2019 tersebut mengritik calon Presiden nomor urut 03 Ganjar Pranowo saat ditanya Prabowo, apakah dia setuju dengan program makan gratis untuk pemenuhan gizi bagi ibu hamil dan anak-anak Indonesia. Di mana Ganjar menganggap bahwa gagasan program makan gratis adalah bentuk keterlambatan di dalam penanganan stunting.

Menurut Fahri, jawaban Ganjar semacam itu malah bisa dinilai sebagai bentuk kegagalan capres dari PDIP tersebut dalam memahami aspek masalah yang ada di balik program makan siang gratis ala Prabowo Gibran.

“Tentang kritik Ganjar yang mengatakan penanganan stunting terlambat dengan makan gratis, menunjukkan kurang dalamnya ganjar memahami inti persoalan,” ujar Fahri.

Dipaparkan Fahri, bahwa inti persoalan anak-anak Indonesia saat ini adalah kekurangan gizi kronis yang menyebabkan mereka mengalami stunting dan gizi buruk. Stunting merujuk pada pertumbuhan tinggi badan yang tidak sesuai dengan usianya (pendek) dan gangguan perkembangan otak. Sedangkan gizi buruk merujuk pada pertumbuhan berat badan yang tidak sesuai usianya (kurus).

“Bagaimana mengintervesinya? Dicegah dengan cara memberikan asupan makan bergizi untuk ibu hamil sampai melahirkan dan membesarkan. Oleh sebab itu, program Prabowo Gibran adalah memberi bantuan makan bergizi untuk ibu hamil,” papar Fahri.

Bagi Fahri, tak ada kata terlambat untuk mengatasi stunting dan gizi buruk seperti yang diujarkan oleh Ganjar Pranowo dalam debat Pilpres terakhir di JCC Senayan, Jakarta Pusat pada hari Minggu (4/2) malam.

“Apakah yang sudah terlanjur stunting didiamkan saja? Tidak ada kata terlambat, karena pada dasarnya stunting adalah masalah kekurangan gizi,” tegasnya.

Lantas, politisi asal Sumbawa, Nusa Tenggara Barat (NTB) tersebut menerangkan, bahwa ketika anak-anak mulai masuk usia sekolah, program bantuan gizi melalui makan gratis di sekolah harus tetap dilakukan. Karena dengan gizi yang baik, selain akan membuat anak tumbuh sehat, juga akan menunjang perkembangan otak anak.

“Dan pada akhirnya akan memperbaiki kinerja belajar anak. Banyak literatur akademik dan pengalaman empiris banyak negara yang telah membuktikannya,” tuturnya.

Kemudian, program makan gratis yang digagas oleh paslon nomor urut 02 Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka tersebut bisa mengurangi beban ekonomi wali murid. Sebab, makan gratis tersebut sudah di-cover oleh negara.

“Makan siang gratis di sekolah ini juga akan mengurangi beban ekonomi orang tua terutama dalam upaya memberikan makanan yang bergizi tinggi. Realitanya, sebagian besar keluarga miskin dan pra sejahtera tidak mampu menjangkau akses makanan bergizi,” jelasnya.

Dengan demikian, Fahri pun menekankan bahwa program makan siang gratis ini akhirnya menjadi program yang praktis dalam mengatasi kemiskinan dan strategis bagi pembangunan generasi muda mendatang.

Lantas dari aspek demografi, saat ini Indonesia memiliki peluang besar yakni bonus demografi, di mana kata Fahri, penduduk usia produktif lebih besar akan tetapi kualitas mereka masih sangat rendah. Kemampuan akademik rata-rata anak Indonesia begitu rendah dalam tes PISA (Programme for Interntional Student Assesment). Prevalensi Stunting masih 21,6%, di atas batas 20% yaitu angka darurat yang ditetapkan WHO. Dampaknya adalah angkatan kerja kita sebagian besar (60%) hanya mampu meluluskan pendidikan sampai SMP. Sehingga produktifitas mereka tidak maksimal.

Padahal kata Fahri, bonus demografi yang saat ini tengah nikmati Indonesia diperkirakan akan berakhir pada tahun 2035 nanti. Maka dari itu, sangat diperlukan kebijakan yang cepat dan tepat untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM). Sehingga, program makan siang gratis ini perlu didukung dan menjadi agenda nasional.

“Tentu dengan disinergikan dengan program pendidikan dan kesehatan yang sudah ada, seperti peningkatan fasilitas pendidikan dan kesehatan, peningkatan kesejahteraan guru dan tenaga kesehatan,” lanjut Fahri.

Ia juga optimis, program makan gratis ini bisa meningkatkan kualitas variabel untuk menuju Indonesia maju yang dicita-citakan.

“Dengan program yang tepat dan menusuk jantung persoalan tersebut, insya Allah akan lahir generasi emas yang siap membangun ekonomi dan mencapai Indonesia maju tahun 2045,” pungkas Fahri.

Jangan lupa temukan juga kami di Google News.